light for moon

light for moon

Sabtu, Maret 04, 2017

bangsanglang

Beruang tertutup menentang zibruk tak bermakan
Kenimatan suatu abada tak bermoral tajam pisau
Pelepah pisang mooner terdengar hembusan awan tak
Menimpak kakaki salam kenikmatan
Pengorbanan sialan tak berdosa
Hirup teeh cengke asli
Membayangkan sebuah kicau kicau burung menikmati meminum
Prasa mengangat jiwa menelan rempa meribah
Memuai harapan hasil gelut bibir
Hangat daun daun segar roma
Marcurius pandang menyapa
Ven cerit muai
Lagu dengdang
Lemutan bibir
Rasuk jiwa
Bentang alam
Cumbu
Rasuk
Sebuah nikmata kelam kian merasa hasrat
Buai terlelap lamun
Acuh kuda tak mengerti prihal kian jauh
Bagai rindu surya esok
Meluap rindu ku pandang ntah kelana pijaran tak rasuk tusuk
Lamun tidur bangun abaikan elang terluka
Terkikis hamparan pasir laut
Ombak terjangan lupa
Membara tak
Lupa fikir

bersama

kering lelincihan

terkadang resah aku lemputkan amarah ku
rambut kini mengikis resah mengongsong
patahan ranting menghela nafsu asap
paru mempompa ringan belaian asma
asmaku melontar bagai bara API
Terasa sakit kini kian musnah
Aku bermuak ntah tersadar
Rintangan memulai kesakitan
Melalui cumbuan akar Yang entah kemana
Pelecin pagi hari bergurau mengangak
Menikmati celotehan arak pagi buta 
maka aku diam tak bernyawa
Bagai lontaran misil bebas
Bagai radikal asismatisme

angin

hela nafas hilang rasa bimbang meremuk
rasa angan yang miror menegak leher
ringan suara bara amrah berbintang
tinta Ku mencoreng habis sisah
Reruntaian jalak tak hitam
sakrau memuak dengan
Sadar berjalan
Menenteng
Reruntaian
Debu

kutilampaian

rembuk kayau tak hirau Ku mengungkap
diam tak usai ucapan rengkul mu
sekarang ringan aring mu
hembus memburuk
bersoakan amarah
hisap lagi
teguk
serapah
apa
bawah tak mengerti ucap riang sang periang
salambur angan kicau merenggut ambisi
merengut ucapan tak meyampai
arah tegak mengelok
tempurung bengkok
Katakan tengok
Suar ringan
berisik

sumbungan kosong

Rimbunan angkuh bingung menggemari kata
Lalu hinggap sangpuan juga heran
Melempar kata biusan angin puan
Kasian sipuan kehilangan arah
Siiang lalu berjalan merantu
Kelak sipuan merasakan
Sirna menggapai sipuan
Dan lalu si bibir puan
Berlalu menikmati
naunan puan

set

berantakan barang antik melepas alas kaki
entah berjamput mengelupas kulit pasang
lampu siar ntah teruntai bungkam deru
kekauan aksana merasuk birahi jiwa
sampai pulang dalu galau ye
benturan sempak berserakan
himpauan benak berlalu
Mengajarkan panjang
lengan lalu
diam

Jumat, Maret 03, 2017

rongloskong

perih Tangan kini merajut dan mengemut arang
ntah tidak pengaruh kelakuan ia riuk serakah
Tekempot pipih menerangi cahaya gempal
anggkuh menerjang jaluh mengatakan
teteran gelas itu lalu ia menginjak
kepala terus riuk auuuuuu
lagi lagi air membasahi
Kearah arah lubang
tanduk pejalan kaki
Cepat pulang
Jadi

keresek suara kantong yang berjalanan
Sang anggrek juluk celotut kaki ia
diam jaruk arah menginjak salah
seduh sedikit pakek segogok
arik patah hati sedikit
arah kebingungan
liat apa
Tapi
Lupa
terus
Apa