light for moon
Rabu, Maret 15, 2017
menyapa sinar
tutur suara merupa jangkauan tangan
meranggut telinga ku yang lemah
Ke selah jendela berengjeng
Sayang arah ini tak melihat tanpa suara
ayang ini melebur saat berbincang
Kini tersandar sejenak mengungkap tanya
Yang berjarak urat ini masih marah
Lalu melintas dengan penuh angan
canda melodi membuat tangis
Yang hingar bringas
Sie
Selasa, Maret 14, 2017
debuai usai menjalang
menghantam habis amarah Ku pagi Yang belagak bingar ini
Dengan meneguk lembayu mu menyelimuti jakar Yang Kian
melosok kisah haru menghirup bondongan zinah asa
Kera kera kini ke hausan sehabis bergelantungan
Hidung enggan merobek resahan butir butir pasir
Tidakah megah tolehan lumpuyungan langit mu
Yang kini tampar ke hembusan kenikmatan ituh
Naming pernah letih si pemanis ini bercumbu
menggaruk lembut batang pisang yang sejuk
Ku melumat lubang pipi tanpa jendela ini
Dan tulang ini ku ingin Kan pagi Yang
Tak gerah sangat kau mengutas rasa
Kini lembut rasa hati si angkau ani
Mulai bisahkah kau usaikan pagi
Tetapi terapi rapi api
langit legit
berbi
Ilang
Keritis melotot
lembut riang muka renta yang bersemangat lama ingin berjumpa kian meranjak
mekar berkelapak indah rupawan
sakit kini hiaskan butiran hati
tumpahan air riuh menderai
sempit ruang terasa sesak
angan yang menghembus
rongka jiwa Hingga dahi
pahit yang ini kuhirup
bantah sakit
masi terasa
dena
arah
luruh
kilau
jedot
lung
poh
Yah
Senin, Maret 13, 2017
Karang menyelam di sirna fajar
Ku menyambut riang rambut Ku yang indah berkedip mutahan itu
Tunjukla risau Ku kini bersendar di pinggiran kelambu Meminta
Tinju duka Adam dan manis mu lalu coba jilat lembut pagi buta
Tegak mencengkram tampa kau hirupkan asa mu itu
Bangkit kembali para leluhur wanita
Yang hadir bersetubuh itu aduh
Tidak datangkah si kicauan itu
Tapi mengapa membuat Mata
pasir masih melampaui suatu keinginan Yang Pas disaat memulai pagi yang tak karuan ini mari menyapa kepada burung cemarah
Masih kau pantas membuat risau helayan ini sangkar
Dan Iya kah Yang menunggu Ku saat terlelap
Menjeritlah sang si penjengkel nya kamu ya
Lalu kapan ya sang ibu memuaikan hisapan bengis nya kini tutur mengurai ke benihan di jiwa he tak penting ya Kalo saya membuah Kan hasil sendiri Dan lalu memikirkan tentang diri sendiri Iya Kan
Haruskah kuh mengiris jiwa ini lalu membuat robekan Hati terus menerus Dan bagaimana saya juga sendiri tidak Akan mengerti tentang tulisan Yang Di baca ini he's
Tolol
Sabtu, Maret 04, 2017
bangsanglang
kering lelincihan
terkadang resah aku lemputkan amarah ku
rambut kini mengikis resah mengongsong
patahan ranting menghela nafsu asap
paru mempompa ringan belaian asma
asmaku melontar bagai bara API
Terasa sakit kini kian musnah
Aku bermuak ntah tersadar
Rintangan memulai kesakitan
Melalui cumbuan akar Yang entah kemana
Pelecin pagi hari bergurau mengangak
Menikmati celotehan arak pagi buta
maka aku diam tak bernyawa
Bagai lontaran misil bebas
Bagai radikal asismatisme
angin
hela nafas hilang rasa bimbang meremuk
rasa angan yang miror menegak leher
ringan suara bara amrah berbintang
tinta Ku mencoreng habis sisah
Reruntaian jalak tak hitam
sakrau memuak dengan
Sadar berjalan
Menenteng
Reruntaian
Debu
kutilampaian
rembuk kayau tak hirau Ku mengungkap
diam tak usai ucapan rengkul mu
sekarang ringan aring mu
hembus memburuk
bersoakan amarah
hisap lagi
teguk
serapah
apa
bawah tak mengerti ucap riang sang periang
salambur angan kicau merenggut ambisi
merengut ucapan tak meyampai
arah tegak mengelok
tempurung bengkok
Katakan tengok
Suar ringan
berisik
sumbungan kosong
Rimbunan angkuh bingung menggemari kata
Lalu hinggap sangpuan juga heran
Melempar kata biusan angin puan
Kasian sipuan kehilangan arah
Siiang lalu berjalan merantu
Kelak sipuan merasakan
Sirna menggapai sipuan
Dan lalu si bibir puan
Berlalu menikmati
naunan puan
set
berantakan barang antik melepas alas kaki
entah berjamput mengelupas kulit pasang
lampu siar ntah teruntai bungkam deru
kekauan aksana merasuk birahi jiwa
sampai pulang dalu galau ye
benturan sempak berserakan
himpauan benak berlalu
Mengajarkan panjang
lengan lalu
diam
Jumat, Maret 03, 2017
rongloskong
perih Tangan kini merajut dan mengemut arang
ntah tidak pengaruh kelakuan ia riuk serakah
Tekempot pipih menerangi cahaya gempal
anggkuh menerjang jaluh mengatakan
teteran gelas itu lalu ia menginjak
kepala terus riuk auuuuuu
lagi lagi air membasahi
Kearah arah lubang
tanduk pejalan kaki
Cepat pulang
Jadi
keresek suara kantong yang berjalanan
Sang anggrek juluk celotut kaki ia
diam jaruk arah menginjak salah
seduh sedikit pakek segogok
arik patah hati sedikit
arah kebingungan
liat apa
Tapi
Lupa
terus
Apa